Suatu identitas, Suatu Narasi

Soto Mendoan Abimanyu amat enak dan nikmat (Kawakibi Digital Branding) Satu minggu lalu, saya bersilaturahmi dengan guru sekalian bisnisman kulineran dari Jogja. Beliau sedang mengerjakan penelitian produk baru di Gresik.

Lantas menyenggangkan bersilaturahmi ke Sidoarjo, berbicara saya. Mau berkunjung dan bercakap perihal branding, ujarnya. Alhamdulillah, beberapa perihal yang dapat kami kupas, mulai awal mula usaha, jatuh bangun, sampai branding buat warung nya.

Beliau ceritakan terhadap saya jika sekarang punya warung soto yang paling unik di Jogja. Usaha yang dibikin secara tradisionil. Mulai dari hasrat buat menyediakan soto yang tidak sama, antik dan dapat dicicipi beberapa kelompok.

Waktu 14 tahun, warung soto ini udah berdiri dengan cita-rasa yang unik, bertahan nikmatnya dan ngangenin. Rasa soto nya tetaplah sama dari 14 tahun lalu sampai saat ini. Ini kata konsumen setia mereka.

Konsumen setia yang mulai sejak SMP sampai lulus kuliah setia makan di warung soto ini. Juga ada konsumen setia yang dahulu jomblo sampai mempunyai anak 2, masih rajin datang warung soto ini. Juga banyak mahasiswa yang selalu ada ke warung soto dengan membaawa oleh-olehan unik dari desa halaman di berapa seluruh Indonesia.

Waktu perjalanan 14 tahun itu, sepuluh tahun di handle sendiri oleh suami istri ini. 4 tahun akhir, pulang dari Umroh, mereka menarik pekerja. Tapi, sejak mereka menarik pekerja, perlahan-lahan pemasaran mereka turun.

 

Bagaimana menurut Anda? Apa yang keliru?

Sehabis ceritakan, beliau lalu ajukan pertanyaan,

“Mas saya udah membikin tanda baru. Apa kah udah bagus?”

” Yang saya saksikan, usaha Bapak ini bukan hanya soal tanda. namun ada yang lebih primer. Kalaupun cuma perihal tanda, insya Allah saya siap desainkan ekslusif buat bapak. Satu paket komplet: tanda, rancangan warung, spanduk, neon box, sampai blog.”

“Oh begitu ya mas. hmmm . Maka bagaimana mas? Apakah ada usul buat usaha Soto saya?”

Saya sebutkan jika branding tidak semata-mata tanda.

Branding merupakan seluruh bagian dalam usaha yang nancep di pikiran konsumen. Jika tanda merupakan output dari hasil diagnosis. Sependapat ya?

Saya pusatkan buat branding UKM dengan diagnosis yang sederhana . Maka, pertanyaan nya yaitu

“Apa soal sebetulnya?”

 

Kasusnya merupakan merk soto ini kehilangan ruh nya. Kehilangan jati diri. Kehilangan sifat.

Nyatanya, konsumen kenal merk soto ini dengan layanan yang spesial, keramahan nya, hubungan dengan konsumen setia, gurau an sang bapak pemilik warung yang kadang-kadang membikin geli.

Pokoknya merupakan, merk soto ini MELAYANI CUSTOMER DENGAN CINTA. Bukan sekedar pertalian bisnisonal.

Renungkan, sampai pemilik warung ingat SEMUA CUSTOMER yang ada ke warung soto nya. Nama, paras, sekolah/kampusnya, tempat tinggalnya sampai sepeda motor yang dibawa. amazing menakjubkan.

Dan perihal ini pula yang raib 4 tahun akhir.

 

**

 

Maka usul saya merupakan KEMBALIKAN RASA CINTA terhadap konsumen yang empat tahun ini udah luntur.

 

Tekniknya bagaimana?

Pengen ketahui?

kalaupun pengen, yok lah kita bercakap sembari ngopi.

 

Salam hangat,

 

Kawakibi Digital Branding

Rancangan tanda, paket, blog dan digital penjualan